Kita Tekno – — Badan Gizi Nasional (BGN) melaporkan adanya 4.711 kasus gangguan pencernaan yang terjadi pada anak sekolah penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG) sepanjang 2025. Kasus terbanyak tercatat di wilayah Jawa, sedangkan wilayah lain relatif lebih kecil.
Ketua BGN Dadan Hindayana menyebut, sebagian besar kasus muncul akibat pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) baru yang masih dalam tahap penyesuaian. Meski begitu, pihaknya tetap menyesalkan kejadian tersebut.
“Kami sangat menyesalkan kejadian ini masih ada dan kami prihatin, tetapi kami sudah bisa melihat bahwa sebagian besar kejadian ini karena munculnya SPPG baru, dan rata-rata SPPG baru ini memang butuh pembiasaan,” kata Dadan di Kantor BGN, Jakarta Pusat, Senin (22/9).
Dari data terbaru yang dihimpun BGN, kasus terbanyak tercatat di wilayah 2 (Jawa) dengan total 2.606 kasus. Sementara itu, di wilayah 1 (Sumatra) tercatat 1.281 kasus, serta di wilayah 3 (Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia Timur) jumlah kasus mencapai 824 orang.
“Total dari seluruh wilayah ada sekitar 4.711 porsi makan yang menimbulkan gangguan kesehatan. Perlu diketahui, sampai hari ini BGN sudah membuat 1 miliar porsi makan. Jadi yang 4.711 ini memang kami sesalkan, dan kami terus memperketat mekanismenya,” jelas Dadan.
Wakil Kepala BGN Nanik S. Deyang menambahkan, pihaknya belum bisa memastikan seluruh kasus tersebut sebagai keracunan. BGN masih menunggu hasil investigasi resmi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Dalam kasus-kasus yang diduga keracunan ini kita tidak bisa menjustifikasi sebetulnya oh ini keracunan, karena kita tetap harus menunggu dari BPOM. Nah BPOM ini hasilnya biasanya butuh waktu sekitar satu minggu di kota besar, sedangkan di daerah bisa 14 hari,” ujar Nanik.
Untuk mempercepat investigasi, BGN akan membentuk tim khusus berisi ahli kimia, farmasi, dan kesehatan guna mencari penyebab awal kasus gangguan pencernaan tersebut. “Sebetulnya banyak hal faktor-faktornya apakah karena bahan makanan, prosesnya atau mungkin setiap anak juga dalam posisi lagi tidak enak badan dan lain-lain ini yang perlu kami dalami supaya tidak menjadi isu yang liar,” ucapnya.