jabar.jpnn.com, BANDUNG BARAT – Ratusan siswa di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat menjadi korban keracunan gegara menyantap sajian menu Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Rabu (24/9/2025).
Mereka keracunan seusai menyantap paket MBG yang didistribusikan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kampung Pasirsaji, Desa Neglasari, Cipongkor.
Para pelajar yang terdampak paling awal berasal dari SMK Karya Perjuangan Cipongkor, Raudhatul Athfal (RA) Miftahul Falah, Mts Manarul Huda yang berada di satu yayasan.
Kepala Sekolah SMK Karya Perjuangan Jafar mengatakan, dari total 334 siswa dari tiga sekolah itu, 89 di antaranya keracunan usai menyantap paket MBG.
Ia memerinci sebanyak 62 siswa ditangani di Puskesmas Cipongkor, sembilan orang di RSUD Cililin, satu orang di RS Permata, enam orang di RSIA, satu orang di Puskesmas Cililin, satu orang di RS Kawaluyaan, dan dua lainnya di RS Hermina.
“Ada 89 kemarin yang mengalami dugaan keracunan itu,” kata Jafar, Kamis (25/9).
Ia menjelaskan, kronologis awal insiden keracunan massal itu saat dua siswa SMK yang mengembalikan nampan atau ompreng MBG lebih dulu ketimbang siswa lainnya tak lama sejak makanan dibagikan. Dua siswa itu mengalami pusing.
“Pertama kali itu jam 09.40 WIB kami kasihkan, makan di ruang kelas, anaknya itu ada yang mengembalikan omprengnya lebih awal dan dia bilang ‘Pak ini mah kercunan’,” ungkapnya.
Siswa tersebut lantas meminta izin keluar kelas untuk membeli minum. Namun, tak berselang lama siswa itu kembali mengeluhkan dengan gejala lain seperti keringat dingin.
“Saya antisipasi bikin teh manis,” ucap dia.
Setelah itu, siswa lainnya juga mengeluhkan gejala serupa kepada guru. Ia pun lantas berkoordinasi dengan pihak dapur Neglasari Cipongkor yang mendistribusikan MBG ke sekolahnya.
“Dari dua siswa itu, beberapa siswa lainnya pun mengalami gejala yang sama. Kemudian datang beberapa ambulan ke sekolah dan barulah terjadi itu ada muntah dan lain-lain,” tuturnya.
Ia bercerita pihaknya semula tak mengira insiden itu bakal terjadi. Sebab, selama satu bulan berjalan, tak ada kejanggalan dalam pendistribusian santapan MBG kepada siswa yang diterima dari dapur SPPG Neglasari.
Terlebih, ia mengaku sebelumnya membaca pemberitaan terkait peningkatan aktualitas pendistribusian dan menjaga higienitas santapan yang dibagikan.
“Artinya kami selaku kepala sekolah tidak masalah, (mendukung program pemerintah). Dan saya lihat ada guru yang melihat terus makan, sampai sekarang sehat,” ucap dia.
Setelah kejadian keracunan, ia tak menampik jika sekolahannya menjadi sasaran protes orang tua siswa. Ia mengaku bingung menanggapi masalah tersebut.
“Saya sebagai kepala sekolah beban. Saya di marahin orang tua, sampai-sampai saya ditunjuk. Katanya ‘Bapak itu tahu, keracunan, di hari Senin sampai Selasa kemarin banyak keracunan Kenapa hari kemarin diberikan ke siswa lagi MGB nya’, saya bingung harus bilang apa,” ungkapnya.
Jafar pun berharap segera ada solusi dari pemerinta pusat ihwal permasalahan MBG. Terlebih ini menyangkut makanan yang dikonsumsi para siswa.
“Saya sebagai kepala sekolah mintanya dievaluasi, keselamatan anak-anak nomor satu. Saya setuju aja dananya di ke-siswakan atau ke orang tua siswa,” ucapnya.
“Kalau mau dilanjut dinas pendidikan dan BGN duduk bersama terus perwakilan orang tua. Karena saya yakin, kalau ini dikasih lagi anak nggak mau makan (paket MBG),” lanjutnya. (mcr27/jpnn)