Keracunan vs Alergi: Penyebab Kasus MBG? Kenali Perbedaannya!

Photo of author

By AdminTekno

Maraknya kasus keracunan makanan bergizi gratis (MBG) di berbagai daerah telah memicu keprihatinan serius dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Data menunjukkan bahwa lebih dari 5.000 pelajar menjadi korban, dengan beberapa di antaranya bahkan harus menjalani rawat inap untuk penanganan lebih lanjut. Kondisi ini secara alami menimbulkan pertanyaan besar: apa sebenarnya yang menjadi penyebab utama di balik insiden keracunan massal MBG ini?

Badan Gizi Nasional sebelumnya sempat mengidentifikasi dua kemungkinan penyebab di balik kasus-kasus ini, yakni alergi dan keracunan makanan. Namun, penting untuk dipahami bahwa kedua kondisi ini memiliki perbedaan mendasar yang signifikan.

IDAI Beri Penjelasan Perbedaan Keracunan dan Alergi

Dokter Yogi Prawira, SpA(K), selaku Ketua Unit Kerja Koordinasi Emergensi dan Terapi Intensif Anak IDAI, menjelaskan secara gamblang perbedaan krusial antara keduanya. Menurutnya, alergi adalah reaksi spesifik sistem imun tubuh terhadap protein tertentu dalam makanan, yang oleh tubuh individu tersebut dianggap berbahaya. Sifat alergi sangat individual, artinya hanya dialami oleh anak-anak tertentu yang memang telah memiliki riwayat sensitivitas terhadap jenis makanan atau protein tertentu sebelumnya.

Berbeda dengan alergi, keracunan makanan adalah penyakit yang timbul akibat konsumsi makanan atau air yang telah terkontaminasi oleh bakteri, racun, parasit, virus, atau bahkan bahan kimia berbahaya. Perbedaan mendasar ini juga menjelaskan mengapa dampak dari keduanya bisa sangat bervariasi.

“Jika individu lain yang tidak memiliki alergi mengonsumsi MBG, umumnya akan aman-aman saja. Namun, pada kasus keracunan makanan, siapa pun yang mengonsumsi makanan dan minuman yang tercemar dapat terkena. Oleh karena itu, jika penyedia makanan atau minuman ini bersifat massal, maka jumlah korban yang terdampak juga pasti akan massal,” jelas dr. Yogi dalam webinar yang diselenggarakan oleh IDAI pada Kamis (25/9).

Selain penyebab dan kelompok orang yang rentan terkena, IDAI juga memaparkan perbedaan penting lainnya antara keracunan makanan dan alergi:

  • Kemunculan Gejala: Gejala keracunan makanan umumnya baru terlihat dalam beberapa jam hingga 1-2 hari setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Sebaliknya, reaksi alergi cenderung lebih cepat, muncul dalam hitungan menit hingga beberapa jam setelah terpapar pemicunya.
  • Gejala Utama: Tanda-tanda utama keracunan makanan meliputi mual, muntah, diare, sakit perut, demam, dan terkadang disertai pusing. Sementara itu, alergi ditandai dengan gatal-gatal, pembengkakan pada bibir atau kelopak mata, biduran (urtikaria), sesak napas, bahkan penurunan kesadaran.
  • Mekanisme: Keracunan makanan terjadi akibat infeksi atau toksin yang menyerang saluran pencernaan. Berbeda dengan itu, alergi merupakan respons imun (IgE mediated) tubuh terhadap protein makanan tertentu yang dianggap berbahaya.
  • Potensi Penularan/Penyebaran: Keracunan makanan berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) karena satu sumber makanan yang tercemar dapat memengaruhi banyak individu. Di sisi lain, alergi tidak menular; hanya individu yang memiliki riwayat sensitivitas terhadap pemicu tertentu yang akan mengalami reaksi.

Dr. Yogi menambahkan, “Sebagian besar kasus keracunan makanan memang tidak sampai mematikan. Namun, ada beberapa kasus yang memerlukan rawat inap intensif.” Perlu diingat pula bahwa keracunan makanan yang parah bisa memicu berbagai komplikasi serius, seperti gangguan ginjal, peradangan pada sendi, hingga gangguan pada otak dan saraf, yang tentu membutuhkan perhatian medis segera.

Daftar Isi

Ringkasan

Kasus keracunan makanan bergizi gratis (MBG) yang menimpa ribuan pelajar memicu kekhawatiran. IDAI menjelaskan bahwa penyebabnya bisa berupa alergi atau keracunan makanan, dua kondisi yang berbeda secara mendasar. Alergi adalah reaksi sistem imun terhadap protein tertentu dan bersifat individual, sedangkan keracunan makanan disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi bakteri, racun, atau bahan kimia dan dapat menyerang siapa saja.

Perbedaan utama lainnya termasuk waktu munculnya gejala (keracunan lebih lambat), gejala (keracunan: mual, muntah, diare; alergi: gatal, bengkak, sesak napas), mekanisme (keracunan: infeksi/toksin; alergi: respons imun), dan potensi penyebaran (keracunan berpotensi KLB, alergi tidak menular). Keracunan makanan yang parah dapat menyebabkan komplikasi serius dan memerlukan penanganan medis segera.

Leave a Comment