SIDOARJO – Operasi pencarian dan evakuasi korban menyusul ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, masih terus berlangsung. Tim SAR gabungan berjibaku di lokasi kejadian dalam upaya intensif untuk menyelamatkan para korban yang terdampak insiden tragis ini.
Hingga Jumat pagi waktu itu, data yang tercatat menunjukkan total 108 orang telah berhasil dievakuasi dari reruntuhan. Dari jumlah tersebut, 103 orang dilaporkan selamat, sementara 5 orang dinyatakan meninggal dunia. Kekhawatiran masih menyelimuti karena 59 orang lainnya dilaporkan masih hilang dan belum ditemukan. Dalam upaya percepatan evakuasi, petugas gabungan kini telah mulai mengerahkan alat berat untuk menyingkirkan material bangunan yang ambruk.
Keputusan untuk mengerahkan alat berat, seperti crane, diambil setelah tim di lapangan tidak lagi menemukan tanda-tanda kehidupan di bawah reruntuhan. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI, Pratikno, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan opsi terakhir setelah pertimbangan matang. Sebelumnya, penggunaan alat berat sengaja dihindari demi meminimalkan risiko terhadap korban hidup yang mungkin masih terjebak.
“Tidak lagi ada tanda-tanda ditemukan kehidupan. Itu sudah dijelaskan kepada keluarga dan oleh karena itu keluarga juga setuju untuk penggunaan alat berat. Toh penggunaan alat berat pun akan digunakan dengan sangat-sangat hati-hati,” tegas Pratikno di posko asrama putri Ponpes Al-Khoziny, Kamis (2/10) lalu. Pernyataan ini sekaligus menegaskan komitmen tim evakuasi untuk tetap bertindak secara hati-hati meskipun kondisi sudah dianggap kritis.
Lebih lanjut, Pratikno mengungkapkan bahwa kehadirannya di lokasi merupakan mandat langsung dari Presiden Prabowo. Presiden memerintahkannya untuk memantau secara langsung seluruh proses evakuasi korban dalam insiden ini. Pemerintah sendiri telah mengerahkan sejumlah instansi vital, mulai dari Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Tentara Nasional Indonesia (TNI), dalam upaya kolektif ini.
Meskipun upaya penyelamatan kini didominasi oleh pengerahan alat berat, harapan untuk menemukan korban dalam keadaan selamat tetap dijunjung tinggi. Pratikno menekankan bahwa setiap langkah pencarian dan pertolongan harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Hingga saat ini, beberapa korban telah berhasil diselamatkan dan ditemukan dalam keadaan hidup, meski ada pula yang sayangnya telah meninggal dunia dan kini berada di rumah sakit.
Tak Ada Lagi Tanda Kehidupan
Pratikno menegaskan bahwa sudah tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan dari korban yang masih berada di bawah reruntuhan bangunan Ponpes Al-Khoziny. Untuk itu, pengerahan alat berat seperti crane menjadi langkah tak terhindarkan guna mengangkat material bangunan yang ambruk agar para korban dapat segera dievakuasi. Meski demikian, tim evakuasi terus berharap agar seluruh korban yang masih tertimbun dapat segera ditemukan, syukur dalam keadaan selamat.
Orang Tua Mulai Dites DNA
Untuk memastikan identifikasi korban, terutama bagi mereka yang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, tim Disaster Victim Identification (DVI) telah memulai tes Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada Kamis (2/10). Para orang tua korban ambruknya bangunan Ponpes Al-Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, diundang untuk menjalani tes ini di Rumah Sakit Siti Hajar Sidoarjo.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, menjelaskan bahwa tes DNA ini merupakan prosedur standar dalam penanganan bencana yang menimbulkan korban jiwa. “Setiap terjadinya bencana apalagi sampai korban begini ya, tentu saja yang harus dilakukan. Nanti begitu ketemu langsung dilakukan tindakan penyelamatan dulu. Walaupun sudah menjadi jenazah kan langsung dimasukkan pada kantong langsung dibawa ke rumah sakit Siti Hajar. Nanti di situ dilakukan identifikasi oleh DVI,” ujar Suharyanto di posko asrama putri Ponpes Al-Khoziny, Kamis (2/10). Ia menambahkan, tes DNA ini bertujuan utama untuk mencocokkan identitas korban dengan orang tuanya, memastikan proses identifikasi berjalan akurat.
Presiden Akan Beri Bantuan ke Keluarga Korban
Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat RI, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, turut menyampaikan duka mendalam dari Presiden Prabowo atas peristiwa tragis ambruknya bangunan Ponpes Al-Khoziny. “Sampai hari ini Pak Presiden ikut berduka,” ujar Cak Imin usai meninjau lokasi kejadian pada Kamis (2/10).
Cak Imin menambahkan, Presiden Prabowo telah meminta perhatian khusus terhadap insiden ini dan berkomitmen untuk memberikan bantuan kepada keluarga para korban yang terdampak, menegaskan kehadiran negara dalam musibah ini.
Akan Diusut Usai Pencarian Korban Tuntas
Meskipun fokus utama saat ini adalah evakuasi dan penanganan korban, aspek hukum terkait insiden ini tidak luput dari perhatian. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, menjelaskan bahwa pihak kepolisian akan mengusut tuntas penyebab ambruknya bangunan tersebut. Namun, proses hukum akan dimulai setelah seluruh operasi pencarian dan pertolongan korban selesai sepenuhnya.
“Ini memang domainnya dari kepolisian ya, tapi saya dapat informasi tentu saja setiap kejadian ya, apalagi sampai menimbulkan korban jiwa itu sudah otomatis [diusut]. Memang kita tahan dulu sampai dengan ini kondisi pulih dulu,” kata Suharyanto di posko asrama putri Ponpes Al-Khoziny, Kamis (2/10).
Suharyanto menambahkan bahwa beberapa upaya awal pemanggilan orang tua, santri, dan pihak pesantren oleh Polda atau Polres memang telah dilakukan, namun koordinasi dengan aparat penegak hukum menyepakati bahwa penyelidikan akan ditunda hingga kegiatan evakuasi rampung. Ini memastikan tim fokus pada respons darurat. “Artinya tetap semuanya ada konsekuensi hukum karena kita tinggal di negara hukum,” tegasnya.
Mengenai penyebab ambruknya bangunan, apakah ada unsur kelalaian atau kesalahan dalam proses pembangunan, Suharyanto menyatakan pihaknya belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut. Fokus utama BNPB saat ini adalah penanganan tanggap darurat bencana, bukan mendalami penyebab awal. “Dari kami, kami karena sudah menangani tanggap darurat ya, bencana, kami tidak mendalami penyebabnya dulu. Dan tadi dari orang tua, semua santri juga belum ada yang menanyakan kenapa ini terjadi. Semuanya masih fokus bagaimana anak saya, ponakan saya untuk bisa selamat, gimana dicarinya, itu masih situ. Jadi, kami belum bisa menjawab itu,” pungkasnya, menggambarkan situasi di mana prioritas utama adalah keselamatan korban.