Meskipun gempa bumi bermagnitudo 7,4 yang mengguncang wilayah perairan Kepulauan Talaud dan Sangihe, Sulawesi Utara, pada Jumat, 10 Oktober pagi, tidak menimbulkan kerusakan signifikan, sejumlah warga di sana mengaku sempat diliputi kepanikan. Getaran kuat yang dirasakan memicu kekhawatiran, terutama bagi mereka yang tinggal di area pesisir pantai.
Kepanikan itu diungkapkan oleh Joffre Dalita, Sekretaris Kecamatan Tahuna Barat, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Saat gempa terjadi pukul 08:43 WIB, ia merasakan “getaran gempa cukup kuat serta satu menit lamanya.” Situasi ini membuatnya dan staf kantornya segera keluar ruangan untuk menghindari kemungkinan dampak buruk. “Saya sempat melihat beberapa tiang listrik bergoyang dengan keras,” imbuh Joffre, yang dihubungi oleh Antara. Kekhawatiran akan tsunami sempat membayangi, mengingat lokasi tempat tinggal mereka yang berada di pesisir pantai. “Ketika BMKG umumkan peringatan dini potensi tsunami dicabut, kami langsung lega,” ungkapnya.
Hal serupa dirasakan Alwina Inang, warga Melonguane, ibu kota Kabupaten Talaud. Ia “terkejut” saat gempa mengguncang Jumat pagi. “Saya lagi siap-siap mau ke kantor ada urusan penting, tiba-tiba beberapa benda di rumah mulai bergerak dan bunyi. Ternyata gempa,” cerita Alwina kepada Antara. Meskipun ia kemudian melanjutkan aktivitasnya setelah mendapat informasi bahwa potensi gempa susulan dan tsunami tidak ada, ia mengakui, “Beberapa warga di lingkungan kami memang masih ada yang diliputi rasa takut jika ada gempa susulan.”
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sendiri sempat mengingatkan warga untuk tetap tenang setelah gempa yang mereka catat bermagnitudo 7,6. Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Manado, Muhammad Zulkifli, menjelaskan bahwa gempa Karatung tersebut lebih mengarah ke Mindanao, Filipina. Meskipun demikian, BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami dengan status waspada untuk wilayah Sulawesi Utara dan sekitarnya. “Lokasi gempa membelakangi pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Talaud dengan jarak sekitar 287 kilometer,” kata Zulkifli seperti dikutip Antara. Status waspada tersebut, jika dikonversi, berarti ketinggian tsunami diperkirakan di bawah 0,5 meter. BMKG pun menyerukan agar warga tetap tenang, waspada, dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Kisah-kisah dampak gempa juga datang dari berbagai lokasi di Sulawesi Utara. Di Pulau Miangas, salah satu pulau terdekat dari pusat gempa, guru olahraga Desi Alfrida Talo merasakan goncangan saat mengajar di SMK 2. Bersama murid-muridnya, Desi sedang berolahraga di halaman sekolah yang tidak jauh dari bibir pantai. “Ada goncangan sedikit, tapi tidak terlalu terasa,” ujar Desi, yang dihubungi wartawan BBC News Indonesia, Heyder Affan. Ia bahkan bisa tertawa pendek saat menceritakan bagaimana ia hanya perlu “berdiri saja, karena sedang di lapangan.” Hingga pukul 10.00 WUB, tidak ada kerusakan di dekat sekolahnya. Desi sempat dihubungi adiknya yang memintanya untuk siaga, namun ia memastikan, “kondisi saat ini aman terkendali, masyarakat tetap beraktivitas seperti biasa.” Ia juga membandingkan kejadian ini dengan gempa 2016 dan 2017 yang menyebabkan dinding beberapa rumah retak di Pulau Miangas, menunjukkan bahwa gempa kali ini dampaknya lebih ringan.
Di Kota Manado, ibu kota Sulawesi Utara, tidak semua warga merasakan goncangan gempa pada Jumat, 10 Oktober. Namun, Isvara Savitri termasuk yang merasakannya. Saat gempa terjadi, Savitri sedang beraktivitas di lantai lima sebuah gedung. “Terasa goncangannya,” kata Savitri, yang dihubungi dari Jakarta. Dari ketinggian itu, ia sempat menengok ke arah laut untuk memastikan tidak ada tanda-tanda tsunami, dan ia melihat “laut terlihat tenang.” Ia juga memperhatikan arus lalu lintas di bawah, di mana “mereka terlihat menghentikan mobil dan membunyikan telepon.”
Secara resmi, Pemerintah Kabupaten Talaud mengonfirmasi bahwa tidak ada laporan kerusakan bangunan maupun korban jiwa atau luka akibat gempa. Hutdam Manurat, staf protokoler Pemkab Talaud, menyatakan Bupati Talaud Welly Titah, yang saat itu berada di Jakarta, telah menginstruksikan para camat, lurah, dan kepala desa untuk “tetap waspada,” khususnya bagi warga yang bermukim di pinggir pantai. “Kondisi laut terpantau aman, hanya gelombang kecil,” kata Hutdam kepada wartawan Arie Firdaus dari BBC News Indonesia. Sebagai langkah antisipasi, anak-anak sekolah telah dipulangkan, meskipun secara umum, “keadaan di wilayah Kabupaten Talaud kondusif, warga melaksanakan aktivitas keseharian seperti biasa.” Hutdam sendiri mengaku tidak merasakan gempa M 7,4 tersebut karena sedang dalam perjalanan, namun keluarganya di rumah merasakan “goyangan kecil.”
Peringatan tsunami yang sempat dikeluarkan oleh Pusat Peringatan Tsunami Amerika Serikat pada pukul 11.24 WIB, yang memperingatkan potensi gelombang hingga 3 meter di pesisir Filipina dan 1 meter untuk wilayah Indonesia, kemudian resmi dicabut. Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah melaporkan bahwa episentrum gempa bermagnitudo 7,4 ini terletak 275 km arah barat laut Pulau Karatung, Sulawesi Utara, dengan kedalaman 58 kilometer. Hingga pukul 09.14 WIB, BMKG belum mencatat adanya gempa susulan dan belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan. Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengimbau “masyarakat agar tetap tenang… menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.” Berdasarkan analisisnya, gempa ini merupakan akibat peristiwa subduksi dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Ringkasan
Gempa bumi magnitudo 7,4 yang mengguncang wilayah Kepulauan Talaud dan Sangihe, Sulawesi Utara, menyebabkan kepanikan warga, terutama di wilayah pesisir. Getaran kuat dirasakan, dan beberapa warga melihat tiang listrik bergoyang. Meskipun BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami, warga merasa lega setelah peringatan tersebut dicabut.
Pemerintah Kabupaten Talaud melaporkan tidak ada kerusakan atau korban jiwa. Sebagai langkah antisipasi, anak-anak sekolah sempat dipulangkan. BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada terhadap informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Gempa ini diakibatkan oleh peristiwa subduksi.