Dampak BBM Dicampur Etanol, Ini Keunggulan dan Kelemahan Bensin E10

Photo of author

By AdminTekno

Kita Tekno – JAKARTA — Isu kandungan etanol dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) kini menjadi sorotan utama, khususnya di tengah polemik kelangkaan bensin yang melanda Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta seperti BP, Shell, dan Vivo. Beberapa pengelola SPBU swasta tersebut dilaporkan enggan membeli base fuel dari PT Pertamina (Persero) karena alasan tingginya kadar etanol di dalamnya.

Sebagai informasi, sebelumnya telah tercapai kesepakatan pengadaan BBM di mana pengusaha SPBU swasta bersedia membeli bahan baku atau base fuel dari Pertamina. Namun, seiring berjalannya waktu, diketahui bahwa base fuel yang dijual Pertamina mengandung etanol sebesar 3,5%. Temuan ini lantas memicu pembatalan kesepakatan bisnis tersebut.

Di tengah situasi ini, pemerintah justru baru-baru ini mengumumkan rencana untuk mewajibkan campuran etanol 10% (E10) ke dalam BBM. Kebijakan ini digagas dengan tujuan mulia: mengurangi ketergantungan pada impor BBM dan menekan tingkat emisi karbon. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa inisiatif ini merupakan arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto. Pihaknya kini tengah menyusun peta jalan untuk mendorong penerapan bensin dengan campuran etanol 10% secara nasional guna mengurangi volume impor BBM.

“Bapak Presiden sudah menyetujui untuk direncanakan mandatory 10% etanol. Dengan demikian kita akan campur bensin kita dengan etanol tujuannya agar kita tidak impor banyak,” ujar Bahlil di Jakarta, Selasa (7/10/2025).

Kendati demikian, Bahlil menegaskan bahwa mandatori E10 tidak akan diberlakukan tahun depan. Hal ini mengingat skala persiapan yang besar, baik dari segi ketersediaan bahan baku maupun proses pengolahannya, yang memerlukan waktu.

Adapun etanol yang dimaksud dalam konteks ini adalah bioetanol, yaitu produk yang diproses dari Bahan Bakar Nabati (BBN) melalui fermentasi nabati berbasis tebu dan singkong. Bioetanol ini merupakan bentuk energi terbarukan yang dapat diproduksi dari beragam tanaman pertanian.

Lantas, sebenarnya apa itu etanol dalam BBM dan bagaimana potensi dampak penggunaannya bagi kendaraan dan lingkungan? Mari kita telaah lebih jauh.

Pengertian Etanol dalam BBM

Dikutip dari Science Direct, etanol, atau dikenal juga sebagai etil alkohol (C2H5OH), merupakan senyawa kimia yang umum digunakan sebagai pelarut sekaligus bahan bakar. Dalam sektor otomotif, etanol paling sering dimanfaatkan sebagai aditif biofuel untuk bensin.

Etanol dapat diubah menjadi bioetanol, yakni bentuk energi terbarukan yang produksinya bersumber dari berbagai bahan baku pertanian. Proses ini memungkinkan pemanfaatan tanaman sebagai sumber energi yang lebih ramah lingkungan.

: Prabowo Instruksikan Percepat Tanam Ubi Kayu dan Tebu di Merauke untuk Bahan Etanol

Bioetanol dapat dihasilkan dari berbagai jenis tanaman pertanian yang umum ditemukan, antara lain tebu, ampas tebu, miskantus, bit gula, sorgum, biji-bijian, rumput switch, barley, rami, kenaf, kentang, singkong, buah-buahan, molase, jagung, brangkasan, gandum, ubi jalar, jerami, kapas, dan biomassa lainnya. Diversifikasi sumber bahan baku ini menunjukkan potensi besar bioetanol sebagai alternatif energi.

Negara-negara Pengguna Etanol dalam BBM

Penggunaan etanol sebagai campuran BBM bukanlah hal baru di kancah global. Kementerian ESDM mencatat, Brasil telah menjadi pelopor dengan mencampur etanol berbasis tebu ke dalam BBM hingga kadar 27% (E27) bahkan 100% (E100). Amerika Serikat (AS) menggunakan etanol berbasis jagung melalui produk E85 dan E10, sementara India mengimplementasikan E20 yang bersumber dari tebu.

Negara-negara lain yang turut memanfaatkan campuran etanol meliputi Thailand dengan E20 dan E85 (berbasis tebu dan singkong), Argentina dengan E12 (jagung dan tebu), Jerman dengan E10 (jagung dan gandum), Vietnam dengan E10 (tebu), Filipina dengan E10 (tebu), Prancis dengan E10 (bit gula dan jagung), serta Tiongkok dengan E10 (jagung).

Di Indonesia sendiri, saat ini telah tersedia produk campuran bahan bakar nabati (BBN) bioetanol 5% (E5) ke dalam bensin, yaitu Pertamax Green 95. Produk ini memadukan bensin dengan etanol yang dihasilkan dari molase atau tetes tebu. Meski demikian, implementasinya belum bersifat mandatori.

Dampak Penggunaan Etanol dalam Bensin

Ketika dicampurkan ke dalam bensin, etanol memiliki fungsi vital sebagai oksigenat. Zat ini berperan dalam membantu proses pembakaran menjadi lebih sempurna. Dengan demikian, penggunaan etanol dinilai mampu menekan emisi karbon yang dihasilkan, membuatnya lebih rendah dibandingkan bensin murni.

Ahli Bahan Bakar dan Pembakaran Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto Zaenuri, berpandangan bahwa penolakan sejumlah SPBU swasta untuk membeli base fuel milik PT Pertamina (Persero) akibat kandungan etanol 3,5% tidak memiliki dasar teknis yang kuat. Menurutnya, kendaraan yang beroperasi di Indonesia sejatinya telah dirancang dan siap untuk mengonsumsi bensin dengan kandungan etanol hingga 10%.

: Sederet PR di Balik Kewajiban Bensin Campur Etanol 10% (E10)

Pemerintah, melalui Direktorat Jenderal Migas, bahkan telah menetapkan spesifikasi bahan bakar yang mampu mengakomodasi campuran etanol hingga 20%. Tri menjelaskan, etanol memiliki serangkaian keunggulan dibandingkan komponen fosil murni. Zat ini memiliki angka oktan yang tinggi, berkisar antara RON 110–120, serta berkemampuan menurunkan emisi CO2 karena berasal dari sumber nabati yang dianggap karbon netral.

“Etanol meningkatkan oktan dan mengurangi emisi CO2 karena dianggap karbon netral, tidak menambah CO2 di udara,” jelas Tri.

Meskipun demikian, Tri tidak menampik bahwa etanol juga memiliki kelemahan yang perlu diperhatikan. Sifatnya yang mudah menyerap air dapat menjadi kendala. Kondisi ini berpotensi menurunkan kualitas bahan bakar secara signifikan apabila terdapat air bebas di dalam tangki penyimpanan, sehingga memerlukan manajemen penyimpanan yang lebih cermat.

Leave a Comment