Misteri 21 Tahun Terpecahkan: Identitas Korban Pembunuhan Pantai Belanda Terungkap

Photo of author

By AdminTekno

Setelah hampir dua dekade menjadi misteri yang tak terpecahkan, identitas seorang perempuan yang jasadnya ditemukan di pantai Belanda pada tahun 2004 akhirnya berhasil terungkap. Terobosan ini dimungkinkan berkat sebuah kampanye kepolisian internasional yang ambisius, dikenal sebagai Operation Identify Me.

Jumat lalu, dalam sebuah langkah signifikan, Eva Maria Pommer, seorang warga negara Jerman berusia 53 tahun, diidentifikasi sebagai jasad perempuan keempat yang berhasil dikenali melalui operasi ini. Informasi vital yang mengarah pada identifikasi Pommer diperoleh oleh kepolisian internasional dari pihak kepolisian di Belanda. Meskipun demikian, penyebab pasti kematiannya masih belum dapat dijelaskan, dan penyelidikan terkait kasus ini terus berlanjut.

Operation Identify Me, yang diluncurkan pada tahun 2023, bertujuan untuk menuntaskan kasus-kasus lama terkait perempuan yang tewas dibunuh atau meninggal dalam keadaan tidak wajar di enam negara Eropa. Inisiatif ini menandai upaya kolektif lintas batas untuk memberikan jawaban bagi keluarga yang telah lama menanti.

Siapakah Pommer?

Dikenal dengan julukan “perempuan dengan kunci Jerman”, jasad Eva Maria Pommer ditemukan tergeletak di bukit pasir yang sunyi di sebuah pantai terpencil dekat Kota Wassenaar pada bulan Juli 2004. Saat ditemukan, tidak ada tanda-tanda cedera fisik atau perlawanan pada tubuhnya, menambah kompleksitas kasus ini.

Sandra Baasbank, seorang penyidik forensik Belanda, yang tahun lalu dikunjungi oleh tim BBC di pantai tersebut, menggambarkan detail penemuan Pommer. Ia mengenakan legging kotak-kotak berwarna cokelat dan sepatu hak merah mengkilap, sebuah gaya busana yang “tidak biasa jika Anda berjalan-jalan di pantai”. Selain itu, ia membawa kunci yang mengarah pada koneksi dengan Kota Bottrop di Jerman, sebuah wilayah yang berdekatan dengan perbatasan Belanda. Namun, upaya polisi untuk melacak kunci tersebut ke alamat spesifik gagal, dan identitas Pommer pun tetap menjadi misteri yang membayangi selama dua puluh tahun.

Setahun yang lalu, kasus ini dimasukkan ke dalam daftar Operation Identify Me, sebuah langkah krusial yang turut merilis “daftar hitam” Interpol—daftar yang mencari informasi mengenai jasad tak dikenal—kepada publik untuk pertama kalinya. Dengan demikian, catatan penting seperti sidik jari dibagikan kepada kepolisian di seluruh dunia, kembali menyoroti kasus-kasus yang belum terpecahkan ini.

Titik balik dalam penyelidikan datang setelah permohonan terkait kampanye tersebut ditayangkan di televisi Jerman. Kepolisian Belanda menerima “petunjuk penting” mengenai seorang perempuan Jerman yang dilaporkan hilang sekitar 20 tahun sebelumnya. Petunjuk ini “mempercepat” penyelidikan di Bottrop, dan akhirnya, pengujian DNA mengonfirmasi identitas jasad tersebut sebagai Eva Maria Pommer.

Interpol, badan kepolisian internasional, menyatakan bahwa peningkatan migrasi global dan perdagangan manusia telah menyebabkan semakin banyak orang dilaporkan hilang di luar negara asal mereka, sehingga proses identifikasi jenazah menjadi lebih menantang. Sekretaris Jenderal Interpol, Valdecy Urquiza, menggarisbawahi pentingnya pencapaian ini, mengatakan: “Identifikasi terbaru ini lebih dari sekadar tonggak sejarah dalam kampanye kami yang sedang berlangsung. Ini merupakan bukti nyata atas apa yang bisa kita capai ketika negara-negara bersatu.”

Janny Knol, Komisaris Kepolisian Nasional Belanda, turut menyampaikan apresiasinya: “Berkat kegigihan detektif Belanda dan Jerman, seorang perempuan, sekali lagi, telah teridentifikasi namanya. Doa kami bersama semua keluarga yang akhirnya menerima jawaban tentang orang yang mereka cintai dan bersama keluarga yang masih menunggu jawaban.”

Selain Pommer, kampanye yang dikoordinasikan oleh Interpol ini juga telah membuahkan hasil signifikan lainnya melalui keterlibatan publik. Perempuan pertama yang berhasil diidentifikasi adalah Rita Roberts, seorang warga negara Inggris berusia 31 tahun yang dibunuh di Belgia pada tahun 1992. Keluarganya mengidentifikasi Rita setelah melihat foto tatonya dalam laporan BBC News.

Kasus lain yang terpecahkan termasuk Ainoha Izaga Ibieta Lima, perempuan berusia 33 tahun dari Paraguay di Amerika Selatan, yang jasadnya ditemukan di kandang unggas di Spanyol pada tahun 2018. Bulan lalu, identifikasi juga berhasil dilakukan untuk Liudmila Zavada, warga negara Rusia berusia 31 tahun, yang jasadnya ditemukan di pinggir jalan di wilayah lain di Spanyol pada tahun 2005.

Saat ini, kepolisian masih terus berupaya menemukan identitas 43 perempuan lainnya yang ditemukan tewas di Belanda, Jerman, Belgia, Prancis, Italia, dan Spanyol. Mayoritas dari mereka diyakini adalah korban pembunuhan, dengan perkiraan usia antara 15 dan 30 tahun. Banyak dari kasus-kasus ini telah berusia 10, 20, 30, bahkan lebih dari 40 tahun, menunjukkan skala tantangan yang dihadapi Operation Identify Me dalam membawa kejelasan pada tragedi yang telah lama tersembunyi.

Daftar Isi

Ringkasan

Setelah 21 tahun, identitas korban pembunuhan yang ditemukan di pantai Belanda pada tahun 2004 terungkap. Korban bernama Eva Maria Pommer, warga negara Jerman berusia 53 tahun, diidentifikasi melalui kampanye kepolisian internasional “Operation Identify Me.” Petunjuk penting diperoleh dari kepolisian Jerman setelah kampanye tersebut ditayangkan di televisi.

Operasi ini bertujuan untuk menyelesaikan kasus lama perempuan yang dibunuh atau meninggal dalam keadaan tidak wajar di Eropa. Selain Pommer, tiga perempuan lain juga berhasil diidentifikasi melalui kampanye ini. Polisi masih terus berupaya mengidentifikasi 43 perempuan lainnya yang ditemukan tewas di berbagai negara Eropa.

Leave a Comment